Gempabumi Tektonik M4,9 Guncang Kabupaten Karawang, Getaran Terasa hingga Jakarta dan Bandung
radarjawa.web.id Wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, diguncang gempabumi tektonik berkekuatan magnitudo 4,9. Getaran terasa cukup kuat hingga Bekasi, Depok, dan sebagian Jakarta. Analisis BMKG menunjukkan episenter gempa berada di daratan dengan kedalaman dangkal. Sumber gempa berasal dari aktivitas sesar di zona belakang busur Jawa Barat (West Java Back Arc Thrust).
Meski tidak menimbulkan kerusakan besar, kejadian ini mengingatkan masyarakat bahwa wilayah Jawa Barat masih aktif secara tektonik dan perlu kesiapsiagaan.
Parameter dan Lokasi Gempa
BMKG mencatat magnitudo gempa sekitar 4,9 dengan kedalaman 10 kilometer. Episenter berada di koordinat 6,52 Lintang Selatan dan 107,25 Bujur Timur, atau sekitar 19 kilometer tenggara Kabupaten Bekasi.
Gempa tergolong dangkal, sehingga guncangannya terasa nyata di permukaan meski tidak destruktif. Jenis gempa seperti ini sering terjadi di wilayah darat Jawa Barat bagian utara.
Mekanisme sumbernya berasal dari aktivitas sesar naik busur belakang (back arc thrust). Patahan ini muncul akibat tekanan dari interaksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.
Jenis dan Mekanisme Gempabumi
BMKG menjelaskan, gempa ini tergolong gempabumi tektonik dangkal. Hasil analisis mekanisme menunjukkan pola pergerakan sesar naik atau thrust fault.
Jenis sesar ini muncul akibat tekanan kuat dari arah selatan yang mendorong kerak bumi ke utara. Pergerakan tersebut menimbulkan retakan dan getaran yang terasa di permukaan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kawasan utara Jawa Barat, meski jauh dari zona subduksi, tetap aktif secara seismik dan berpotensi mengalami gempa di masa mendatang.
Dampak di Berbagai Wilayah
Getaran gempa dirasakan di beberapa kota dengan intensitas berbeda. Di Bekasi, guncangan tercatat pada skala III–IV MMI, terasa nyata di dalam rumah dan membuat benda ringan bergoyang. Warga sempat panik dan keluar rumah.
Di Purwakarta, Cikarang, dan Depok, gempa dirasakan pada skala III MMI. Getarannya terasa seperti truk besar melintas di dekat rumah.
Sementara di Bandung, Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi Timur, intensitasnya II–III MMI, hanya beberapa orang yang merasakan getaran ringan.
Wilayah Tangerang, Pandeglang, Cianjur, Lebak, dan Pelabuhanratu juga melaporkan getaran ringan berskala II MMI. Hingga kini, belum ada laporan kerusakan bangunan atau korban jiwa akibat peristiwa ini.
Tanggapan dan Langkah BMKG
BMKG segera merilis informasi resmi setelah gempa terjadi. Lembaga itu memastikan gempa tidak berpotensi tsunami karena pusatnya berada di darat dan kedalamannya dangkal.
BMKG juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak mempercayai informasi palsu. Warga diminta memeriksa kondisi bangunan, terutama bagian atap dan dinding.
Hingga saat ini, belum terdeteksi adanya gempa susulan. BMKG memastikan situasi telah kembali stabil namun tetap mengingatkan warga untuk waspada.
Konteks Geologi dan Potensi Gempa Jawa Barat
Jawa Barat dikenal memiliki tingkat aktivitas seismik tinggi. Selain karena subduksi lempeng di selatan Pulau Jawa, wilayah ini juga memiliki banyak sesar aktif di daratan.
Beberapa di antaranya adalah Sesar Baribis, Sesar Lembang, dan Sesar Karawang–Bekasi. Sesar-sesar ini terbukti masih aktif berdasarkan data geologi dan catatan seismik.
Para ahli geofisika menilai, gempa di Karawang kali ini masih berkaitan dengan sistem patahan tersebut. Oleh karena itu, edukasi mitigasi bencana harus terus digalakkan agar masyarakat memahami langkah penyelamatan yang tepat saat gempa terjadi.
Respons Pemerintah dan Warga
Pemerintah daerah bersama BPBD Karawang langsung menurunkan tim ke lokasi. Hingga laporan terakhir, tidak ditemukan kerusakan rumah maupun fasilitas umum. Aktivitas warga berlangsung normal.
Kepala BPBD mengapresiasi ketenangan masyarakat yang tidak menimbulkan kepanikan massal. Ia menegaskan pentingnya edukasi rutin agar masyarakat semakin siap menghadapi situasi darurat.
“Yang penting bukan takut, tapi tahu apa yang harus dilakukan. Warga Karawang dan sekitarnya harus tetap siaga,” ujarnya.
Penutup: Pengingat Akan Pentingnya Mitigasi
Peristiwa gempa Karawang menjadi pengingat bahwa aktivitas tektonik di Indonesia berlangsung terus-menerus. Magnitudo kecil bukan berarti tanpa risiko.
Kesiapsiagaan menjadi kunci utama untuk meminimalkan dampak bencana. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu terus berkolaborasi memperkuat sistem mitigasi gempa.
Dengan pengetahuan yang tepat dan infrastruktur tahan getaran, risiko korban dan kerusakan dapat ditekan. Gempabumi Karawang menjadi momentum untuk memperkuat kesadaran publik bahwa Indonesia berada di wilayah cincin api yang menuntut kesiapan setiap saat.

Cek Juga Artikel Dari Platform ngobrol.online
