Inilah Alasan Pabrik Nike dan Adidas Pindah dari Tangerang ke Wilayah Tengah Jawa
radarjawa.web.id Fenomena relokasi industri alas kaki kembali terjadi di Indonesia.
Beberapa pabrik besar yang memproduksi merek internasional seperti Nike dan Adidas diketahui telah memindahkan basis produksinya dari Tangerang, Banten, ke wilayah tengah Pulau Jawa.
Langkah ini memicu banyak pertanyaan, terutama karena kedua wilayah tersebut sama-sama memiliki infrastruktur industri yang cukup mapan.
Namun, alasan di balik kepindahan ini ternyata sangat pragmatis: biaya tenaga kerja yang lebih murah.
Upah Tenaga Kerja Jadi Faktor Utama
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Rizky Aditya Wijaya, menjelaskan bahwa komponen tenaga kerja adalah biaya terbesar dalam proses produksi alas kaki.
Industri ini termasuk kategori padat karya, artinya membutuhkan banyak tenaga kerja untuk setiap tahap produksi.
“Tenaga kerja adalah komponen terbesar dalam biaya produksi. Jadi ketika upah di satu wilayah meningkat, perusahaan cenderung mencari lokasi dengan upah lebih murah,” ujar Rizky.
Relokasi ke wilayah tengah Jawa dianggap lebih efisien karena struktur upah di daerah tersebut masih tergolong rendah dibandingkan kawasan industri di barat Jawa seperti Tangerang, Bekasi, atau Karawang.
Dengan biaya yang lebih ringan, pabrikan bisa menjaga margin keuntungan tanpa harus menaikkan harga jual produk.
Bukan Berarti Produksi Berhenti
Rizky menegaskan, relokasi ini bukan berarti perusahaan menghentikan produksi atau hengkang dari Indonesia.
Sebaliknya, langkah ini adalah strategi bisnis untuk menyesuaikan biaya operasional.
Menurutnya, sebagian besar pabrik hanya menutup fasilitas lama di Tangerang dan memindahkan kegiatan produksinya ke lokasi baru yang lebih ekonomis.
Dengan demikian, rantai pasok tetap berjalan, dan Indonesia tetap menjadi salah satu pusat produksi utama bagi merek olahraga dunia.
“Mereka tidak berhenti produksi. Mereka hanya berpindah ke daerah yang upahnya jauh lebih murah,” jelasnya.
Pergeseran Industri ke Tengah dan Timur Jawa
Dalam beberapa tahun terakhir, tren pergeseran industri padat karya ke wilayah tengah dan timur Jawa memang semakin kuat.
Kawasan seperti Semarang, Kudus, Klaten, dan Solo Raya kini menjadi tujuan utama investasi sektor tekstil dan alas kaki.
Alasannya sederhana: biaya tenaga kerja yang kompetitif, ketersediaan lahan yang luas, dan dukungan pemerintah daerah yang lebih fleksibel.
Selain itu, infrastruktur seperti jalan tol Trans Jawa dan jaringan logistik yang semakin baik membuat distribusi produk dari daerah-daerah tersebut tetap efisien.
Pergeseran ini menunjukkan adanya dinamika baru dalam peta industri nasional.
Jika dulu Tangerang dan sekitarnya menjadi pusat manufaktur sepatu, kini peran itu mulai bergeser ke wilayah yang lebih tengah.
Dampak terhadap Tenaga Kerja di Tangerang
Relokasi ini tentu menimbulkan dampak sosial, terutama bagi para pekerja di kawasan barat Jawa.
Sebagian buruh kehilangan pekerjaan akibat penutupan fasilitas produksi di Tangerang dan sekitarnya.
Namun, menurut Kemenperin, relokasi tersebut tidak dapat diartikan sebagai penurunan daya saing nasional.
Sebaliknya, hal ini dianggap sebagai bagian dari penyesuaian struktur industri untuk menjaga keberlanjutan usaha di tengah kenaikan biaya tenaga kerja dan inflasi global.
Pemerintah daerah dan asosiasi industri diminta berperan aktif membantu para pekerja terdampak dengan pelatihan ulang (reskilling) dan penempatan di pabrik baru yang membutuhkan tenaga kerja tambahan.
“Kami mendorong agar pabrik baru tetap memprioritaskan pekerja lokal, termasuk mereka yang sebelumnya bekerja di fasilitas lama,” ujar Rizky.
Upaya Pemerintah Menjaga Daya Saing
Pemerintah Indonesia melalui Kemenperin terus berupaya menjaga agar industri padat karya tetap bertahan di dalam negeri.
Berbagai kebijakan telah disiapkan untuk menekan biaya produksi, mulai dari insentif pajak, program peningkatan produktivitas, hingga penyediaan kawasan industri baru di luar Jawa Barat.
Kemenperin juga menggandeng investor global agar tetap melihat Indonesia sebagai lokasi strategis untuk produksi sepatu dan tekstil.
Faktor lain yang membuat Indonesia tetap kompetitif adalah stabilitas politik dan pasar tenaga kerja yang besar dibandingkan negara pesaing seperti Vietnam atau Kamboja.
Relokasi Bukan Hal Baru
Relokasi pabrik sebenarnya bukan fenomena baru.
Sejak beberapa tahun lalu, sejumlah perusahaan manufaktur juga melakukan langkah serupa.
Mereka memindahkan sebagian kegiatan produksi dari kawasan industri padat ke wilayah dengan biaya operasional yang lebih rendah.
Langkah ini bukan hanya dilakukan oleh industri alas kaki, tetapi juga oleh sektor tekstil dan garmen.
Sebagian besar perusahaan menilai efisiensi biaya menjadi kunci bertahan di tengah ketatnya persaingan global dan perubahan permintaan pasar.
Dengan semakin berkembangnya infrastruktur di wilayah tengah dan timur Jawa, tren relokasi diperkirakan akan terus berlanjut.
Hal ini bisa menjadi peluang bagi daerah-daerah tersebut untuk meningkatkan perekonomian lokal melalui penciptaan lapangan kerja baru.
Peluang dan Tantangan untuk Indonesia
Relokasi pabrik Nike dan Adidas ke tengah Jawa menunjukkan dua sisi berbeda.
Di satu sisi, hal ini mencerminkan daya tarik wilayah tersebut bagi investor karena biaya produksi lebih kompetitif.
Namun di sisi lain, tantangan bagi pemerintah adalah menjaga keseimbangan antara investasi dan perlindungan pekerja.
Kemenperin berharap kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku industri dapat menciptakan ekosistem produksi yang adil dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan yang tepat, relokasi ini justru bisa menjadi momentum untuk memperluas pemerataan ekonomi di luar kawasan industri lama.
Kesimpulan
Kepindahan pabrik Nike dan Adidas dari Tangerang ke wilayah tengah Jawa tidak bisa dipandang sebagai penurunan investasi, melainkan sebagai strategi efisiensi.
Upah tenaga kerja yang lebih rendah menjadi alasan utama relokasi, namun pemerintah menegaskan bahwa produksi tetap berjalan dan Indonesia tetap menjadi basis penting bagi industri alas kaki global.
Pergeseran ini sekaligus menandai babak baru pemerataan industri nasional.
Dengan dukungan infrastruktur yang terus membaik dan kebijakan yang adaptif, wilayah tengah Jawa kini berpeluang menjadi pusat produksi sepatu terbesar di Asia Tenggara.

Cek Juga Artikel Dari Platform kabarsantai.web.id
