Mahasiswa USM Dorong Generasi Muda Lestarikan Budaya Jateng
Upaya pelestarian budaya daerah terus digalakkan oleh berbagai kalangan, termasuk dari lingkungan akademik. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) kembali menunjukkan peran aktif mereka dalam menjaga warisan budaya Jawa Tengah melalui penyelenggaraan Festival Budaya Komukino ke-11. Kegiatan ini mengusung tema “Jateng Ayem”, yang merepresentasikan harmoni, ketenangan, dan kekayaan budaya lokal yang perlu terus dijaga di tengah arus modernisasi.
Festival Budaya yang digelar oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi USM ini menjadi wadah ekspresi seni, edukasi budaya, serta ajakan terbuka bagi generasi muda untuk kembali mengenal dan mencintai budaya Jawa Tengah. Acara tersebut menghadirkan beragam kegiatan mulai dari pameran seni, pertunjukan budaya, hingga kompetisi seni yang melibatkan pelajar dan mahasiswa.
Festival Budaya sebagai Media Edukasi dan Komunikasi
Sekretaris Panitia Komukino, David Maulana Ihsan, menjelaskan bahwa Festival Budaya Komukino bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan bagian dari proses pembelajaran akademik mahasiswa. Kegiatan ini merupakan implementasi langsung dari mata kuliah Komunikasi Strategis, Manajemen Acara, dan Komunikasi Antarbudaya.
Menurut David, festival ini dirancang agar mahasiswa mampu mengaplikasikan teori komunikasi dalam konteks nyata, sekaligus berkontribusi langsung kepada masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak, mulai dari komunitas seni, pegiat budaya, hingga instansi pemerintah daerah.
“Komukino Jateng Ayem merupakan ruang kolaborasi antara mahasiswa, komunitas, dan pemerintah. Kami ingin budaya Jawa Tengah tidak hanya dipelajari secara teori, tetapi juga dihidupkan kembali melalui aktivitas kreatif,” ujar David dalam keterangan tertulisnya.
Ragam Kegiatan Seni dan Budaya Jawa Tengah
Festival Budaya Komukino ke-11 menghadirkan beragam pertunjukan seni tradisional khas Jawa Tengah. Pengunjung disuguhkan pameran seni, pertunjukan wayang orang, keroncong, serta karawitan yang menjadi identitas kuat budaya Jawa.
Selain itu, acara ini juga menggelar kompetisi menyanyi dan menari, yang secara khusus menyasar generasi muda. Kompetisi ini dirancang untuk memberikan ruang bagi anak muda agar dapat mengekspresikan bakat seni mereka sekaligus mengenal akar budaya daerahnya.
Tak hanya menampilkan seni tradisional dalam bentuk klasik, panitia juga menghadirkan pendekatan kreatif melalui kolaborasi budaya modern. Salah satu daya tarik festival adalah pertunjukan DJ yang mengaransemen syair dan lagu Jawa, sehingga lebih relevan dan mudah diterima oleh generasi muda.
Pendekatan ini dinilai efektif untuk menjembatani budaya tradisional dengan selera anak muda masa kini, tanpa menghilangkan nilai dan makna budaya aslinya.
Peran Mahasiswa dalam Pelestarian Budaya
David menegaskan bahwa generasi muda, khususnya mahasiswa, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian budaya daerah. Menurutnya, budaya tidak akan bertahan jika hanya dijaga oleh generasi lama tanpa adanya regenerasi.
“Sebagai anak muda, kita berkewajiban melestarikan budaya Jawa Tengah agar tetap hidup, tetap dikenal, dan terus berkembang. Kalau bukan kita, siapa lagi?” ungkap David.
Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti Festival Budaya Komukino menjadi salah satu cara konkret untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda akan pentingnya identitas budaya di tengah perkembangan teknologi dan globalisasi.
Budaya Jawa Tengah di Tengah Tantangan Zaman
Masuknya budaya global melalui media digital dan perkembangan teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi kelestarian budaya daerah. Banyak anak muda yang lebih akrab dengan budaya populer luar dibandingkan seni tradisional daerahnya sendiri.
Melalui Festival Budaya Jateng Ayem, mahasiswa USM berupaya menghadirkan budaya Jawa Tengah dalam kemasan yang lebih menarik, inklusif, dan relevan dengan kehidupan generasi muda saat ini. Dengan demikian, budaya tidak hanya menjadi artefak masa lalu, tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini sekaligus menjadi bukti bahwa pelestarian budaya tidak harus bersifat kaku. Inovasi dan kreativitas justru dapat menjadi jembatan untuk memperluas jangkauan budaya daerah ke generasi yang lebih luas.
Harapan dan Dampak Jangka Panjang
Panitia berharap Festival Budaya Komukino dapat memberikan dampak berkelanjutan, bukan hanya sebagai acara tahunan, tetapi juga sebagai gerakan budaya di kalangan generasi muda. Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi anak muda, budaya Jawa Tengah diharapkan tetap lestari dan berkembang mengikuti zaman.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan kepedulian anak muda terhadap budaya daerah, agar budaya Jawa Tengah tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman,” tutup David.
Melalui Festival Budaya Komukino ke-11 bertema Jateng Ayem, mahasiswa Universitas Semarang membuktikan bahwa generasi muda memiliki peran strategis dalam menjaga identitas budaya bangsa. Kolaborasi antara seni tradisional dan pendekatan modern menjadi kunci agar budaya lokal tetap relevan dan dicintai lintas generasi.
Baca Juga : Satgas Pangan Polda Jatim Sidak Pasar Jelang Nataru
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : liburanyuk

