Dedi Mulyadi Ungkap Hanya 20 Persen Hutan di Jawa Barat Masih Utuh, Pemerintah Siapkan Langkah Pemulihan
radarjawa.web.id Kerusakan hutan di Jawa Barat mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan bahwa kawasan hutan yang masih benar-benar berfungsi sebagai hutan tinggal sekitar 20 persen. Sisanya berada dalam kondisi rusak, baik akibat aktivitas manusia maupun dampak perubahan lingkungan.
Pernyataan ini menambah panjang daftar kekhawatiran terhadap kondisi ekologi Jawa Barat. Kerusakan hutan bukan hanya menyangkut hilangnya pepohonan, tetapi berpengaruh pada banyak sektor lain mulai dari air bersih, perubahan iklim lokal, risiko banjir, hingga ketahanan pangan.
Gubernur menegaskan bahwa pemulihan hutan merupakan salah satu agenda penting yang tidak bisa ditunda. Jawa Barat, sebagai provinsi dengan populasi besar dan aktivitas ekonomi tinggi, sangat bergantung pada kestabilan ekosistem alam.
Dampak Kerusakan Hutan bagi Lingkungan dan Masyarakat
Kerusakan hutan tidak hanya berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati. Hutan berperan penting sebagai penyerap karbon dan pengatur siklus air. Ketika kawasan hutan rusak, kemampuan alam menjaga keseimbangan terganggu. Ini membuat Jawa Barat semakin rentan terhadap bencana alam seperti banjir, longsor, dan kekeringan.
Banyak daerah di Jawa Barat mengalami banjir dalam beberapa tahun terakhir. Air hujan yang tidak lagi terserap oleh tanah mengalir deras ke daerah rendah. Di sisi lain, saat musim kemarau tiba, ketersediaan air bersih menurun karena tidak ada lagi hutan yang menjadi penahan cadangan air.
Selain itu, perubahan iklim lokal juga terasa. Suhu udara semakin panas, dan cuaca menjadi sulit diprediksi. Kondisi ini berdampak pada sektor pertanian yang bergantung pada keseimbangan cuaca.
Hutan yang Rusak Didominasi Aktivitas Manusia
Kerusakan hutan di Jawa Barat tidak terjadi tanpa sebab. Banyak kawasan hutan beralih fungsi menjadi area permukiman, industri, perkebunan, maupun lahan pertanian yang tidak dikelola dengan baik.
Penebangan liar juga masih ditemukan di beberapa wilayah. Aktivitas tersebut membuat struktur hutan melemah. Akar pohon yang seharusnya menguatkan tanah hilang, dan ketika hujan turun dalam intensitas tinggi, tanah pun lebih mudah longsor.
Selain faktor manusia, perubahan iklim global turut memperburuk kondisi. Cuaca ekstrem membuat kawasan hutan yang sebelumnya stabil menjadi lebih rentan.
Rencana Pemulihan Hutan dari Pemerintah Jawa Barat
Dalam upaya menekan potensi bencana dan memulihkan ekosistem, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyiapkan program pemulihan hutan. Program ini mencakup penanaman kembali, penguatan pengawasan hutan, hingga pemberdayaan masyarakat sekitar.
Menurut Gubernur, program pemulihan ini akan dimulai secara bertahap. Pemerintah akan memprioritaskan kawasan yang berada di zona rawan bencana. Penanaman pohon akan dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari dinas lingkungan hidup, organisasi masyarakat, hingga pelajar dan relawan.
Pemulihan hutan tidak hanya fokus pada menanam bibit baru, tetapi juga memastikan hutan yang ada tetap terjaga. Ini dilakukan dengan menempatkan petugas pengawas serta mengaktifkan sistem patroli hutan.
Kolaborasi untuk Mengembalikan Fungsi Hutan
Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan bahwa pemulihan ekosistem tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terlibat menjaga lingkungan. Kesadaran warga menjadi pondasi penting dalam upaya konservasi.
Masyarakat lokal yang tinggal di sekitar kawasan hutan diharapkan dapat mengambil peran aktif. Mereka dapat ikut menjaga kelestarian hutan, melapor jika menemukan aktivitas perusakan, dan terlibat dalam program penanaman pohon.
Selain itu, sektor swasta juga memiliki kontribusi besar. Perusahaan dapat terlibat melalui program tanggung jawab sosial atau CSR. Program semacam ini bisa diarahkan pada konservasi lingkungan atau rehabilitasi hutan yang kritis.
Di tingkat pendidikan, sekolah dan universitas dapat memperkuat edukasi ekologis. Generasi muda perlu memahami betapa pentingnya hutan bagi keberlangsungan hidup manusia, sehingga mereka mampu menjadi agen perubahan.
Pentingnya Penanganan Sejak Dini
Jika kerusakan hutan terus dibiarkan, risiko bencana di Jawa Barat akan terus meningkat. Banyak wilayah di provinsi ini memiliki kontur tanah yang rawan longsor. Jika tidak ada tutupan lahan yang kuat, potensi bahaya meningkat.
Penanganan dini sangat dibutuhkan agar kerusakan tidak semakin parah. Program pemulihan hutan yang dirancang pemerintah menjadi langkah awal. Namun, keberhasilan program tersebut bergantung pada komitmen semua pihak.
Pemulihan ekosistem adalah pekerjaan jangka panjang. Hasilnya mungkin tidak langsung terlihat dalam waktu singkat. Namun, manfaat besar akan dirasakan generasi mendatang.
Penutup
Pernyataan Gubernur Jawa Barat mengenai fakta bahwa hanya 20 persen hutan yang masih berfungsi sebagai hutan merupakan alarm keras bagi seluruh masyarakat. Kerusakan yang terjadi tidak bisa dianggap masalah biasa. Dibutuhkan langkah cepat, konsisten, dan kolaboratif untuk mengembalikan fungsi ekologis hutan.
Dengan keterlibatan pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta, Jawa Barat masih memiliki peluang besar untuk pulih. Memperbaiki kondisi hutan berarti melindungi masa depan provinsi ini dari bencana dan memastikan kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Cek Juga Artikel Dari Platform monitorberita.com
