Ekonomi Jawa Barat Triwulan III Tumbuh 5,20 Persen, Industri Pengolahan Jadi Penopang Utama
radarjawa.web.id Kinerja ekonomi Provinsi Jawa Barat pada triwulan III menunjukkan pertumbuhan yang positif namun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, ekonomi provinsi ini tumbuh 0,46 persen secara kuartal-ke-kuartal (q-to-q), dan 5,20 persen secara tahunan (year-on-year). Sementara secara kumulatif (c-to-c), pertumbuhan mencapai 5,14 persen.
Meski masih berada pada jalur positif, laju pertumbuhan kali ini sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,33 persen q-to-q dan 5,23 persen y-on-y. Perlambatan ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas di beberapa sektor kunci, seperti pertanian dan transportasi.
Plt. Kepala BPS Jawa Barat Darwis Sitorus menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi provinsi ini juga masih berada di bawah kinerja ekonomi nasional, yang tercatat tumbuh 1,43 persen secara q-to-q. Meski begitu, Jawa Barat tetap menjadi salah satu kontributor besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional berkat kekuatan sektor industrinya.
Nilai PDRB Capai Rp 759,80 Triliun
Secara nominal, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat pada triwulan III mencapai Rp461,90 triliun atas dasar harga konstan dan Rp759,80 triliun atas dasar harga berlaku. Angka ini menunjukkan besarnya perputaran ekonomi di provinsi yang menjadi pusat industri nasional tersebut.
Berdasarkan struktur lapangan usaha, industri pengolahan masih mendominasi perekonomian Jawa Barat dengan kontribusi mencapai 40,94 persen terhadap total PDRB. Sektor ini juga menjadi penyumbang utama pertumbuhan, dengan laju kenaikan 2,49 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Darwis menjelaskan bahwa industri pengolahan menjadi motor penggerak ekonomi daerah karena banyaknya kawasan industri besar di wilayah seperti Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Cikarang. Aktivitas ekspor dari sektor manufaktur turut memperkuat daya saing Jawa Barat di tingkat nasional.
Perdagangan, Konstruksi, dan Pertanian
Selain industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran juga memberikan kontribusi signifikan, yakni 14,38 persen, dengan laju pertumbuhan 0,32 persen. Sektor ini diuntungkan oleh meningkatnya mobilitas masyarakat dan konsumsi domestik, meski sempat melambat akibat faktor musiman.
Sektor konstruksi mencatat pertumbuhan 1,50 persen, dengan kontribusi 8,39 persen terhadap PDRB. Peningkatan pembangunan infrastruktur, terutama proyek jalan tol dan perumahan di wilayah metropolitan Bandung Raya serta kawasan rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati), menjadi pendorong utama sektor ini.
Sementara itu, sektor pertanian mengalami kontraksi cukup signifikan, yaitu -6,96 persen, dengan kontribusi 8,57 persen terhadap total ekonomi Jawa Barat. Penurunan ini disebabkan oleh berakhirnya musim panen raya dan faktor cuaca ekstrem yang memengaruhi produksi tanaman pangan.
Sektor transportasi dan pergudangan juga mengalami tekanan, dengan kontraksi -1,42 persen. Hal ini dipicu oleh menurunnya volume logistik di beberapa kawasan industri serta penyesuaian tarif transportasi pasca kenaikan biaya operasional.
Pola Pengeluaran: Konsumsi Masih Dominan
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama ekonomi Jawa Barat dengan kontribusi mencapai 65,15 persen terhadap total PDRB. Namun, konsumsi ini justru mengalami kontraksi sebesar 2,04 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
BPS mencatat bahwa penurunan konsumsi disebabkan oleh perubahan pola belanja masyarakat pasca periode liburan dan meningkatnya kecenderungan menabung.
Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi menunjukkan kenaikan sebesar 1,89 persen dengan kontribusi 24,63 persen. Peningkatan investasi terjadi terutama di sektor industri manufaktur dan properti, seiring dengan pulihnya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi daerah.
Konsumsi pemerintah justru mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni 5,23 persen, dengan kontribusi 4,60 persen. Hal ini didorong oleh percepatan realisasi belanja publik menjelang akhir tahun anggaran, khususnya untuk program infrastruktur dan bantuan sosial.
Konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tercatat menyumbang 0,66 persen terhadap ekonomi, namun mengalami kontraksi -3,84 persen akibat berkurangnya kegiatan sosial berskala besar.
Sementara net ekspor memberikan kontribusi 4,93 persen, dengan pertumbuhan paling tinggi mencapai 9,42 persen. Lonjakan ekspor menunjukkan bahwa kinerja perdagangan luar negeri Jawa Barat tetap kuat di tengah tekanan global.
Sumber Pertumbuhan Utama
Menurut BPS, sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa Barat secara q-to-q berasal dari industri pengolahan, yang menyumbang 1,02 persen terhadap total pertumbuhan. Dari sisi pengeluaran, net ekspor menjadi kontributor terbesar dengan sumbangan 1,07 persen.
Dengan demikian, sektor industri dan ekspor menjadi dua elemen penting yang menjaga momentum ekonomi Jawa Barat tetap stabil. Meskipun beberapa sektor mengalami kontraksi, kontribusi manufaktur dan perdagangan luar negeri berhasil menahan perlambatan yang lebih dalam.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Artikel ini menyoroti bahwa tantangan ekonomi Jawa Barat di masa mendatang masih cukup kompleks. Sektor pertanian memerlukan dukungan teknologi agar mampu beradaptasi dengan perubahan iklim. Sementara sektor konsumsi perlu ditopang oleh peningkatan daya beli masyarakat, terutama di wilayah pedesaan dan perkotaan menengah.
Namun, prospek jangka menengah tetap positif. Dengan infrastruktur yang semakin membaik, investasi industri baru di kawasan rebana, serta daya saing ekspor yang kuat, ekonomi Jawa Barat berpotensi tumbuh di atas 5 persen pada tahun berikutnya.
Langkah-langkah strategis dari pemerintah daerah dalam memperkuat konektivitas logistik, digitalisasi industri, dan pengembangan SDM akan menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhan tersebut.
Jawa Barat terus menjadi episentrum industri nasional, dan dengan dukungan sektor ekspor yang solid, daerah ini diyakini mampu mempertahankan perannya sebagai motor ekonomi Indonesia di masa depan.

Cek Juga Artikel Dari Platform museros.site
